Presiden Direktur Pura Group Jacobus Busono adalah satu-satunya wiraswasta dari Indonesia yang menjadi anggota World Enterpreneurship binaan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Meski punya prestasi selangit, namanya jarang nongol di publik karena sifatnya yang rendah hati.
Jacobus Busono selama ini dikenal sebagai pribadi yang jarang menjadi sorotan media. Padahal bos raksasa bisnis percetakan dan pengemasan terbesar di Asing Tenggara asal Kudus ini masuk dalam jajaran orang-orang terkaya di Indonesia.
Berkat keuletan dan visinya yang kuat, ia telah berhasil menempatkan Pura sebagai perusahaan yang diperhitungkan di dunia dengan mengekspor kertas sekuriti dan kertas uang ke 94 negara termasuk telah dipercaya mencetak uang Somalia.
Dalam prinsip dan falsafah hidupnya, kesuksesan bisa berangkat dari sikap tidak sombong, sehingga orang akan cenderung menghargai orang lain. Hal ini bisa direfleksikan dalam kepemimpinan dalam berbisnis, menurutnya seorang pemimpin tidak boleh sombong dengan bawahannya.
"Sombong itu merugikan diri sendiri dan orang lain. Pintar itu relatif. Pemimpin yang baik itu tidak mungkin sombong, pemimpin tidak boleh sombong dengan bawahannya," pesan Bus panggilaan sapaan Jacobus Busono dalam acara temu wartawan di pabrik Pura, Kudus, Kamis malam (7/8/2008).
Menurutnya bila orang sombong, maka orang tersebut akan cenderung sulit mendengarkan dan menerima masukan dari orang lain, sehingga akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
"Filosifi ini berasal dari proses belajar saya, saya juga pernah sombong, dulu memimpin 200 orang (karyawan) saja setengah mati," jelasnya.
Jacobus juga telah terpilih menjadi salah satu anggota resmi World Enterpreneurship Forum yang diselenggarakan oleh sekolah bisnis terbaik di Eropa Emylon Business School Prancis dan auditor besar dunia KPMG. Forum ini dibawah langsung binaan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy.
Jumlah anggota dari forum ini dibatasi maksimal hanya 70 orang yang diseleksi secara ketat. Forum ini adalah berkumpulnya para tokoh terkemuka kalangan pengusaha, pemerintah dan akademisi.
Dari kalangan pengusaha Asia hanya terpilih 7 orang saja, selebihnya dari dua orang dari Jepang, satu dari Hongkong, China, India, dan Filipina.
"Di luar dugaan karena berkat tuhan, membership ini tidak bisa dijual dan dibeli, ini kehormatan buat saya dan negara Indonesia," katanya keheranan.
Menurut pengusaha hologram yang pernah merugi selama 10 tahun ini, kesuksesan bisa diraih berawal dari kegemaran apa yang kita suka, sehingga dengan demikian orang akan fokus untuk melakukannya dan bersungguh-sungguh.
"Yang celaka ada orang yang tidak punya, tapi sombong," katanya sambil tertawa.
Sikap tidak sombongnya bisa dilihat dari prilakunya dalam menggunakan mobil, dari sekian banyak mobil yang ia miliki ia lebih senang memakai mobil-mobil tua dan sederhana.
"Kalau mobil saya lebih suka dengan mobil yang lama bukan yang mewah, hidup itu tidak lama yang penting isinya. Saya pakai kijang, gak masalah yang penting nyampai asal ada AC-nya, saya lebih senang pakai kijang yang pakai AC daripada Mercy gak ada AC," ujarnya sambil tertawa.
Ia menambahkan dengan semakin menggeliatnya usahanya beberapa tahun terakhir, omzet usahanya diperkirakan hingga akhir tahun 2008 bisa mencapai Rp 3,5 sampai Rp 4 triliun. "Dalam bisnis yang penting kualitas apa yang bisa kita buat agar terbaik, bukan mengejar berapanya," pesannya.
Jacobus Busono selama ini dikenal sebagai pribadi yang jarang menjadi sorotan media. Padahal bos raksasa bisnis percetakan dan pengemasan terbesar di Asing Tenggara asal Kudus ini masuk dalam jajaran orang-orang terkaya di Indonesia.
Berkat keuletan dan visinya yang kuat, ia telah berhasil menempatkan Pura sebagai perusahaan yang diperhitungkan di dunia dengan mengekspor kertas sekuriti dan kertas uang ke 94 negara termasuk telah dipercaya mencetak uang Somalia.
Dalam prinsip dan falsafah hidupnya, kesuksesan bisa berangkat dari sikap tidak sombong, sehingga orang akan cenderung menghargai orang lain. Hal ini bisa direfleksikan dalam kepemimpinan dalam berbisnis, menurutnya seorang pemimpin tidak boleh sombong dengan bawahannya.
"Sombong itu merugikan diri sendiri dan orang lain. Pintar itu relatif. Pemimpin yang baik itu tidak mungkin sombong, pemimpin tidak boleh sombong dengan bawahannya," pesan Bus panggilaan sapaan Jacobus Busono dalam acara temu wartawan di pabrik Pura, Kudus, Kamis malam (7/8/2008).
Menurutnya bila orang sombong, maka orang tersebut akan cenderung sulit mendengarkan dan menerima masukan dari orang lain, sehingga akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
"Filosifi ini berasal dari proses belajar saya, saya juga pernah sombong, dulu memimpin 200 orang (karyawan) saja setengah mati," jelasnya.
Jacobus juga telah terpilih menjadi salah satu anggota resmi World Enterpreneurship Forum yang diselenggarakan oleh sekolah bisnis terbaik di Eropa Emylon Business School Prancis dan auditor besar dunia KPMG. Forum ini dibawah langsung binaan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy.
Jumlah anggota dari forum ini dibatasi maksimal hanya 70 orang yang diseleksi secara ketat. Forum ini adalah berkumpulnya para tokoh terkemuka kalangan pengusaha, pemerintah dan akademisi.
Dari kalangan pengusaha Asia hanya terpilih 7 orang saja, selebihnya dari dua orang dari Jepang, satu dari Hongkong, China, India, dan Filipina.
"Di luar dugaan karena berkat tuhan, membership ini tidak bisa dijual dan dibeli, ini kehormatan buat saya dan negara Indonesia," katanya keheranan.
Menurut pengusaha hologram yang pernah merugi selama 10 tahun ini, kesuksesan bisa diraih berawal dari kegemaran apa yang kita suka, sehingga dengan demikian orang akan fokus untuk melakukannya dan bersungguh-sungguh.
"Yang celaka ada orang yang tidak punya, tapi sombong," katanya sambil tertawa.
Sikap tidak sombongnya bisa dilihat dari prilakunya dalam menggunakan mobil, dari sekian banyak mobil yang ia miliki ia lebih senang memakai mobil-mobil tua dan sederhana.
"Kalau mobil saya lebih suka dengan mobil yang lama bukan yang mewah, hidup itu tidak lama yang penting isinya. Saya pakai kijang, gak masalah yang penting nyampai asal ada AC-nya, saya lebih senang pakai kijang yang pakai AC daripada Mercy gak ada AC," ujarnya sambil tertawa.
Ia menambahkan dengan semakin menggeliatnya usahanya beberapa tahun terakhir, omzet usahanya diperkirakan hingga akhir tahun 2008 bisa mencapai Rp 3,5 sampai Rp 4 triliun. "Dalam bisnis yang penting kualitas apa yang bisa kita buat agar terbaik, bukan mengejar berapanya," pesannya.